ANGGOTA ROHIS AL-MUDARISIN SMA N 4 TEGAL

ASSALAMUALAIKUM WR.WB

Mari kita tingkatkan iman dan taqwa dengan generasi penerus yang islami,cerdas,jujur,dan mandiri

Marhaban yaa Rasulullah

Ayo...kita perbanyak shalawat agar mendapat syafaat dari nabi junjungan kita Nabi Muhammad SAW... ALLAHUMMA SOLLI ALA SAYYIDINA MUHAMMAD...

AL-QUR'AN PEDOMAN HIDUP

Mari kita tingkatkan ibadah kita dengan perbanyak tadarus Qur'an

Bismillahirrahmaanirrakhim

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yg maha pengasih dan maha penyayang semoga kita selalu berada dalam Lindungan-NYA.

ISLAM ITU INDAH

Islam agamaku Allah tuhanku Muhammad utusanku AL-QUR'AN kitabku

Selasa, 21 Mei 2013

SYARAT SAH SHALAT

1.Dr buku penjabaran safinatunnaja',salah satu babnya adalah #shalat.Syarat sah-nya shalat ada     8 macam.Maka tdk sah shalat bila tdk dipenuhi

2.Syarat sah shalat pertama adalah suci dr hadats besar dan kecil


3. Syarat sah #shalat yg kedua adalah suci dr najis yg tdk dimaafkan pada pakainnya,badannya dan tempatnya.
4.Syarat sah #shalat yg ketiga adalah menutup aurat dgn sesuatu yg menyelimutinya &dpt mencegah u/ mengetahui warna kulit dr jrk pembicaraan

5.Syarat sah #shalat keempat adalah menghadap Ka'bah pd bagian dadanya.
6. Syarat sah #shalat kelima adalah telah masuk waktu shalat secara yakin atau sangkaan berdasar ijtihad

7. Syarat sah #shalat keenam adalah org yg mengerjakan shalat mengetahui klo shalat itu fardhu,tdk sah jika ragu bahwa shalat itu fardhu

8. Syarat sah #shalat yg ketujuh adalah tdk meyakini bhw salah satu fardhu tertentu dianggap sunah,sprti al-Fatihah dan ruku'

9.Syarat sah #shalat yg kedelapan adalah menjauhkan diri dalam seluruh shalatnya dr segala yg membatalkan shalat.

10. #shalat dianggap batal bila terdapat salah satu dr 14 hal yg membatalkan shalat

Senin, 13 Mei 2013

HADRAH



Hadrah atau lebih populer dengan sebutan terbangan perkembangannya tak lepas dari sejarah dakwah Islam. Seni ini memiliki semangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Tidak ada yang tahu secara persis, kapan datangnya musik hadrah di Indomesia. Namun hadrah atau yang lebih populer dengan musik terbangan (rebana bahasa jawa) tersebut tak lepas dari sejarah perkembangan dakwah Islam para Wali Songo.

Dari beberapa sumber menyebutkan bahwa pada setiap tahun di serambi Masjid Agung Demak, Jawa Tengah diadakan perayaan Maulid Nabi yang diramaikan dengan rebana. Para Wali songo menggadopsi rebana dari Hadrolmaut sebagai kebiasaan seni musik untuk dijadikan media berdakwah di Indonesia.

Menurut keterangan ulama besar Palembang Al Habib Umar Bin Thoha Bin Shahab, adalah Al Imam Ahmad Al Muhajir (kakek dari Wali Songo kecuali Sunan Kalijaga),  ketika hijrah ke Yaman ( Hadrolmaut ) bertemu dengan salah satu pengikut tariqah sufi (darwisy) yang sedang asyik memainkan hadrah (rebana) serta mengucapkan syair pujian kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan pertemuan itu mereka bersahabat. Setiap Imam Muhajir mengadakan majelis maka disertakan darwisy tersebut, hingga keturunan dari Imam Muhajir tetap menggunakan hadrah  disaat mengadakan suatu majelis.

Hadrah selalu menyemarakkan acara-acara Islam seperti peringatan Maulid Nabi, tabligh akbar, perayaan tahun baru hijriyah, dan peringatan hari-hari besar Islam lainnya. Sampai saat ini hadrah telah berkembang pesat di masyarakat Indonesia sebagai musik yang mengiringi pesta pernikahan, sunatan, kelahiran bayi, acara festival seni musik Islami dan dalam kegiatan ekstrakulikuler di sekolahan, pesantren, remaja masjid dan majelis taklim.

Makna hadrah dari segi bahasa diambil dari kalimat bahasa Arab yakni hadhoro atau yuhdhiru atau hadhron atau hadhrotan yang berarti kehadiran. Namun kebanyakan hadrah diartikan sebagai irama yang dihasilkan oleh bunyi rebana. Dari segi istilah atau definisi, hadrah menurut tasawuf adalah suatu metode yang bermanfaat untuk membuka jalan masuk ke ‘hati’, karena orang yang melakukan hadrah dengan benar terangkat kesadarannya akan kehadiran Allah dan Rasul-Nya.

Syair-syair Islami yang dibawakan saat bermain hardah mengandung ungkapan pujian dan keteladanan sifat Allah dan Rasulallah SAW yang agung. Dengan demikian akan membawa dampak kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Para sufi yang biasanya melibatkan seruan atas sifat – sifat Allah yang Maha Hidup (Al-Hayyu), melakukannya sambil berdiri, berirama dan melantunkan bait-bait pujian atas baginda Nabi Muhammad SAW.

Kekuatan Mahabbatur Rasul

Pujian terhadap Rasulullah baik dalam bentuk prosa maupun syair, telah ada sejak zaman Rasululah SAW lewat bait-bait gubahan tiga penyair terkenal yaitu Hasan ibn Tsabit, Abdullah ibn Rawahah dan Ka’ab ibn Malik. Nabi justru sangat terkesan dengan keindahan syair (qasidah) yang disampaikan oleh Ka’ab ibn Zuhayr ibn Abi Salma. Karena rasa sukanya, Nabi Muhammad pernah menghadiahkan selendang (burdah) untuk Ka’ab.

Sanjungan yang sering disampaikan para shahabat ini bersifat metaforik dan gaya simbolik sehingga mengilhami syair dan prosa dalam kitab-kitab Malid semisal al-Barzanji, ad-Diba’i, atau qasidah al-Burdah.

Adalah Imam Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad ibn Zaid as-Shanhaji al-Bushiri (1213-1296 M/610-695 H) ahli hadis, penulis, sekaligus sastrawan kondang asal Mesir yang menulis 162 syair burdah. Semasa hidupnya al-Bushiri pernah berguru kepada Imam as-Syadzili (pendiri Tarikat Sadziliyah) dsn penerusnya Abdul Abbas al-Mursi.

Sajak-sajak Burdah yang 162 bait itu terdiri dari 10 bait tentang cinta, 16 tentang hawa nafsu, 30 tentang pujian terhadap Rasulullah SAW, 19 tentang kelahirannya, 10 tentang pujian terhadap al-Qur’an, 3 tentang Isra’ Mi’raj, 22 tentang jihad, 14 tentang istighfar, selebihnya (38 bait) tentang tawassul dan munajad.

Al-Bushairi memulai karyanya dengan membuka pertanda mabuk asmara dengan bercucuran air mata dan kegalauan hati. Tetapi ia mengingatkan bahwa tetesan air mata dan kegalauan itu tak selamanya menandakan cinta, karena didepan telah ada hawa nafsu yang siap membelokkan arah. “Nasfu ibarat anak kecil yang jika dibiarkan akan terus menyusu hingga masa mudanya, tapi jika dihentikan sedikit demi sedikit, ia akan berhenti dengan sendirinya.” (Bait ke-19).

Bagi al-Bushiri nafsu seolah binatang gembala yang harus terus dijaga setiap saat. Sekalipun ia terlihat tenang ketika menikmati makanan rumput yang hijau, tetap jangan lengah.” (Bait ke-21). Setelah menyadari bahwa nafsu selalu dinahkodai setan,  maka al-Bushiri memperkenalkan sosok yang seluruh tenaga, pikiran, hati dan waktunya dihabiskan untuk kebenaran yaitu Nabi Muhammad SAW. Segala hinaan, permusuhan, lemparan batu dan kotoran, hingga usaha pembunuhan diterimanya dengan penuh ketabahan.  

Al-Bushairi menyadari bahwa betapapun besar pujinya untuk Nabi SAW, namun semua tidak menambah kemuliaan dan kedudukan Nabi. Di puji dan tidak pun Nabi Muhammad akan tetap mulia karena kemuliaan itu telah melekat dalam dirinya.

Sementara dalam kitab al-Barzanji karya Syekh Jafar Al Barzanji ibn Husin ibn Abdul Karim (1690-1766 M), sebagian syairnya mengungkapkan adanya rasa kerinduan akan hadirnya seorang pemimpin seperti Nabi Muhammad SAW yang tegas, jujur dan bijaksana.

Karya sastra yang begitu masyhur di Tanah Air ini bahkan pernah disyarah (dijabarkan) oleh Syekh Nawawi al-Bantani dengan judul Madarijus Shu`ud ila Iktisa` al-Burud. Penulisan Kitab Barzanji juga tidak terlepas dari sejarah panjang konflik militer dan politik antara umat Islam dan umat Kristen Barat dalam Perang Salib. Selama Perang Salib berlangsung, Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193 M) mengobarkan semangat perjuangan dengan meneladani perjuangan Nabi Muhammad dalam peringatan Maulid Nabi.

Segenap ulama seperti Imam Syafi’i, Hasan Basri dan Ibnu Taimiyah sepakat bahwa pujian terhadap Nabi Muhammad SAW adalah hal yang wajar asal tak sampai mengangkat derajad kemanusiaan (Nabi Muhammad) ketingkat ketuhanan (deity). Syair Burdah dan Barzanji secara tidak langsung memiliki kekuatan yang akan membawa hati dan pikiran manusia terbawa hanyut dalam pesona cinta (mahamatur Rasul).

Budaya di Indonesia

Pasca kemerdekaan, perkembangan musik hadrah di Indonesia tak terlepas dari peranan Ikatan Seni Hadrah Indonesia (Ishari). Ishari adalah salah satu badan otonom yang berada di bawah organisasi Nahdlatul Ulama (NU), disahkan pada tahun 1959. Pengorganisasian dan nama ISHARI diusulkan oleh salah seorang pendiri NU yakni KH Wahab Chasbullah.

Menurut Gus Hasib, putra KH Wahab Hasbullah, semasa hidup, Kiai Wahab sangat senang hadrah. Bahkan kalau sedang diam tangannya suka memukul-mukul sebagai isyarat memukul terbang (hadroh: red) sambil melagukan bacaan sholawat. Karena ia juga senang berorganisasi akhirnya kelompok hadrah dibuatkan wadah perkumpulan dibawah organisasi NU dengan nama ISHARI atau Ikatan Seni Hadroh Republik Indonesia.

Terbentuknya ISHARI di NU menjadi salah satu organisasi yang memelopori tradisi keagamaan warga pesantren dengan menghidupkan pembacaan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Hampir seluruh pesantren di Jawa Timur memiliki kegiatan ekstra setiap malam jum’at menggelar kegiatan shalawatan. Sebut misalnya Pondok Pesantren Langitan Tuban, Jawa Timur. Selain mendalami ilmu agama, di pesantren yang diasuh KH Abdullah Faqih ini juga terdapat kegiatan seni hadrah untuk para santri.

Hadrah menjadi media apresiasi seni bagi para santri untuk menyalurkan bakat dan minat santrinya. Walhasil, beberapa group pun terbentuk antara lain Annabawiyyah, Arraudhah dan Al-Muqtasida. Kemahiran para santri dalam bidang seni suara (qiraat) dan seni musik (hadrah) berpadu sehingga tiga grup tersebut dikenal khalayak umum di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya, hingga sekarang.

Di era 80-an, musik hadrah yang dikenal dengan nama rebana qasidah menjadi salah satu musik favorit pada saat itu. Group musik yang menyemarakkan acara-acara tabligh akbar atau perayaan hari-hari besar Islam adalah Nasida Ria, Semarang. Kepiawaian para personil yang terdiri dari kaum perempuan ini mampu membumikan nama Nasida Ria ke seluruh nusantara sebagai salah satu musik Islami modern. Lirik dan warna musik yang ditawarkan Nasida Ria mendapatkan sambutan luas dari masyarakat Muslim Indonesia. Bahkan, salah satu lagunya yang berjudul ”Perdamaian” dipopulerkan kembali oleh Gigi.

Pada tahun 1990-an, muncul kelompok-kelompok kasidah rebana beraliran pop yang dipopularkan oleh Hadad Alawi dan Sulis. Haddad Alwi tidak hanya membawakan lagu-lagu berlirik Arab namun juga menerjemahkannya kedalam bahasa Indonesia. Salah satu syair fenomenal yang dibawakan Hadad Alwi adalah do’a I’tiraf (pengakuan), gubahan penyair Irak terkenal, al-Hasan ibn Hani al-Hakami atau Abu Nawas (136 – 196 H).

Dalam syair I’tiraf (pengakuan) Abu Nawas sangat menyadari bahwa dirinya bukanlah orang ideal untuk masuk surga. Namun ia pun tak akan sanggup menahan siksa api neraka. Satu kesadaran bahwa dia benar-benar orang yang banyak dosa. Dosa yang telah ia perbuat bagaikan pasir di pantai. Oleh karena itu ia kembali kepada Allah momohon ampunan karena tak ada yang sanggup memberi ampunan kecuali Rahmat-Nya.

ZIARAH WALI SONGO



Ziarah Walisongo adalah perjalanan ziarah atau berkunjung dan berdoa di makam sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di Nusantara. Lima makam wali berada di wilayah Jawa Timur, tiga makam di antaranya berada di Jawa Tengah, dan satu makam di Jawa Barat.
Berikut ini lokasi makam Walisongo. Pertama, Sunan Maulana Malik Ibrahim.Makam ini terletak di kampung Gapura di dalam kota Gresik di Jawa Timur, tidak jauh dari pusat kota.

Kedua, Sunan Ampel. Makam Sunan Ampel terletak di kampung Ampel di kota Surabaya. Di depan makam ada dua pintu gerbang besar bergaya Eropa. Makamnya terpisah dengan dari makam lainnya dan diberi pagar teralis dari besi setinggi 110 cm.

Ketiga, Sunan Bonang. Sunan Bonang dimakamkan di komplek pemakaman Desa Kutorejo, Kecamatan Tuban di kota Tuban. Posisinya di sebelah barat alun-alun kota Tuban, di sebelah barat Masjid Agung Tuban. Makam Sunan Bonang dikelilingi tembok dengan empat buah pintu gerbang untuk masuk ke komplek makam.

Keempat, Sunan Giri. Tokoh Walisongo yang bergelar Prabu Satmata ini makamnya terletak di sebuah bukit di Dusun Kedhaton, Desa Giri Gajah Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Kompleks makam ini berupa dataran bertingkat tiga dengan bagian belakang paling tinggi.

Kelima, Sunan Drajat. Makam Sunan Drajat berada di daerah Drajat Lamongan yang dapat ditempuh dari surabaya maupun Tuban lewat Jalan Dandeles (Anyer - Panarukan).  Namun bila lewat Kota Lamongan dapat ditempuh 30 menit dengan kendaran pribadi.

Keenam, Sunan Muria. Makam Sunan Muria di Desa Colo, Kecamatan Dawe. Ziarah ke makam Sunan Muria yang berjarak sekitar 30 kilometer arah utara dari KMMK (Kompleks Masjid Menara Kudus).

Ketujuh, Sunan Kudus. Ja‘far Shadiq atau Sunan Kudus dimakamkan di Masjid Menara Kudus yang terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Di samping puluhan makam di kawasan itu terdapat pula makam putra Sunan Kudus yaitu Pangeran Palembang. Makam Sunan Kudus sendiri terdapat di tengah-tengah bangunan induk berbentuk joglo.

Kedelapan, Sunan Kalijaga. Makam Sunan Kalijaga terletak di tengah kompleks pemakaman Desa Ngadilangu yang dilingkari dinding dengan pintu gerbang makam. Area makam Sunan Kalijaga di dalam Kota Demak berjarak sekitar 3 KM dari Masjid Agung Demak.

Kesembilan, Sunan Gunung Jati. Inilah satu-satunya makam wali di Jawa Barat yang paling ramai dikunjungi. Kawasan makam Sunan Gunung Jati terletak di desa Astana, kecamatan Cirebon Utara, sekitar 6 km dari Kota Cirebon yang dilintasi jalur Cirebon-Indramayu.

Sebagian peziarah dari berbagai daerah memilih mendatangi makam Sunan Ampel di Surabaya terlebih dahulu sebelum ke makam wali lainnya. Beberapa peziarah meyakini Sunan Ampel sebagai wali yang paling alim (‘alimul awliya’).

Dari makam Sunan Ampel selanjutnya peziarah melakukan perjalanan berturut turut ke makam Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri di Gresik, Sunan Drajat di Lamongan, Sunan Bonang di Tuban, Sunan Kalijaga di Demak, lalu langsung ke Gunung Jati, selanjutnya ke makam Sunan Muria di Muria dan berakhir di makam Sunan Kudus di Kudus.

Peziarah lainnya menempuh perjalanan ziarah dari makam Sunan Kalijaga memilih langsung ke makam Sunan Muria dan Sunan Kudus baru ke makam Sunan Gunung Jati. Rute lainnya dambil dari arah barat pulau Jawa berturut-turut dari Sunan Gunung Jati, lalu Sunan Muria, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Bonang,  Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Maulana Malik Ibrahim, dan berakhir di makam Sunan Ampel.

Perjalanan ziarah Walisongo juga sering dirangkai dengan ziarah ke makam wali, ulama atau tokoh sejarah lainnya yang berdekatan dengan lokasi makam ke sembilan wali. Rute Ziarah Walisongo biasanya tidak hanya tertuju pada sembilan wali saja.
Sembilan makam wali itu menjadi tujuan utama, kemudian para peziarah biasanya singgah ke makam-makam wali atau orang-orang salih lainnya yang berdekatan dengan lokasi makam sembilan wali itu. Beberapa peziarah juga menganggap cukup berziarah ke satu atau dua wali saja yang termasuk dalam kategori Walisongo, kemudian mereka melengkapi ziarah ke tujuh makam lain sehingga jumlahnya mencapai sembilan makam.

Makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang wafat pada pada akhir 2009, dan makam para pendiri Nahdlatul Ulama (NU) di Tebuireng Jombang, menjadi salah satu makam terpenting yang dikunjungi dalam rangkaian perjalanan ziarah Walisongo.

Selain itu juga ke makam Syekh Jumadil Kubro di Troloyo, ke Mbah Sayyid Sulaiman di Mojoagung, atau ke makam KH Wahab Chasbullah di Tambakberas Jombang, makam KH Musta’in Romli di Peterongan Jombang, dan makam KH Bisri Syansuri di Denanyar Jombang. (A. Khoirul Anam)

Kamis, 09 Mei 2013

MATERI BTQ

BACAAN TAJWID
Wakaf:
Dari sudut bahasa berarti berhenti/menahan.
Menurut istilah tajwid, memutuskan suara di akhir kata untuk bernafas sejenak dengan niat meneruskan kembali bacaan


 jenis wakaf :
  • lazim
  • jaiz
  • muraqabah
  • mamnuu'
  • sakta lathifah 


Qalqalah:
Qalqalah menurut bahasa, berarti getaran.
Menurut istilah tajwid, getaran suara terjadi ketika mengucapkan huruf yang sukun sehingga menimbulkan semacam aspirasi suara yang kuat, baik sukun asli ataupun tidak.
Huruf qalqalah ada 5, yaitu yang tergabung dalam Huruf Qalqalah yaitu: huruf Huruf QafHuruf ThaHuruf BaHuruf Jimdan Huruf Dal

Syarat qalqalah: Hurufnya harus sukun, baik sukun asli atau yang terjadi karena berhenti pada huruf qalqalah. 



Iqlab, yaitu:
Menurut bahasa, berarti merubah sesuatu dari bentuknya.
Menurut istilah tajwid, meletakkan huruf tertentu pada posisi huruf lain dengan memperhatikan ghunnah dan penuturan huruf yang disembunyikan (huruf mim).
Dinamakan iqlab karena terjadinya perubahan pengucapan nun sukun atau tanwin menjadi mim yang tersembunyi dengan disertai dengung.
Huruf iqlab hanya 1, yaitu huruf ba.


 
Idgham, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu.
Menurut istilah tajwid, memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat, sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid.
Idgham terbagi 2, yaitu: Idgham Bighunnah (disertai dengung) dan Idgham Bila Ghunnah (tanpa dengung).
Catatan: Idgham tidak terjadi kecuali dari 2 kata.




Idgham Bighunnah, yaitu:
Idgham bighunnah mempunyai 4 huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat: Nun & Tanwin Idgham Bighunnah yaitu: Huruf YaHuruf NunHuruf Mim dan Huruf Wau
Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam 2 kata), maka harus dibaca idgham bighunnah, kecuali pada 2 tempat, yaitu: Nun & Tanwin Idgham Bighunnah dan Nun & Tanwin Idgham Bighunnah yang harus dibaca Izhar Muthlaq, berbeda dengan kaidah aslinya. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Imam Hafsh



Idgham Bila Ghunnah, yaitu:
Idgham bila ghunnah mempunyai 2 huruf, yaitu: Huruf Ra dan Huruf Lam
Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam 2 kata), maka bacaannya harus idgham bila ghunah kecuali nun yang terdapat dalam ayat Nun & Tanwin Idgham Bila Ghunnah, karena disini harus di baca saktah (diam sebentar tanpa bernafas) yang menghalangi adanya bacaan idgham.





















Izhar, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.



Izhar Muthlaq, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Dinamakan muthlaq karena tidak ada kaitannya dengan kerongkongan atau bibir.
Izhar muthlaq terjadi apabila nun sukun Nun Sukun bertemu dengan Huruf Ya atau Huruf Wau dalam satu kata. Izhar semacam ini dalam Al-Quran hanya terdapat pada 4 tempat, yaitu:
Nun & Tanwin Izhar Muthlaq dan Nun & Tanwin Izhar Muthlaq,
Nun & Tanwin Izhar Muthlaq
Aturan bacaan kedua-duanya adalah izhar muthlaq, walaupun berada dalam 2 kata. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Iman Hafsh.  



Izhar Halqi, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Dinamakan halqi karena makhraj huruf-hurufnya dari halq (kerongkongan). Hurufnya ada 6, yaitu: Huruf Kha dan Huruf HamzahHuruf Ha'Huruf 'AinHuruf HaHuruf Ghain
 .

 
Ikhfa, yaitu:
Menurut bahasa, berarti menyembunyikan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf antara izhar dan idgham, tanpa tasydid dan disertai dengan dengung.
Disebut juga ikhfa haqiqi (nyata) karena kenyataannya persentase nun sukun dan tanwin yang disembunyikan lebih banyak dari huruf lainnya, yaitu semua huruf kecuali yang ada di atas, berjumlah 15 huruf.



Izhar Syafawi, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Dinamalan syafawi karena mim sukun makhrajnya dari pertemuan dua bibir, sedangkan penghubungannya kepada izhar karena ketetapan pengucapannya sama dengan pengucapan huruf izhar.
Izhar syafawi mempunyai 26 huruf, yaitu semua huruf hijaiyah selain huruf mim dan ba.
Catatan: Jika terdapat huruf wau atau fa setelah mim sukun, huruf mim wajib dibaca izhar syafawi sehingga terhindar dari keraguan membacanya dengan ikhfa. Sebaliknya huruf mim wajib dibaca ikhfa ketika bertemu dengan huruf ba. Alasannya karena makhraj huruf mim dengan huruf wau adalah sama dan antara huruf mim dan fa sangat berdekatan. 


Ikhfa Syafawi, yaitu:
Menurut bahasa, berarti menyembunyikan.
Menurut istilah tajwid, disertai dengan dengung.
Dinamalan syafawi karena mim dan ba makhrajnya dari pertemuan dua bibir.
Ikhfa syafawi hanya mempunyai 1 huruf, yaitu huruf ba. 


Ikhfa Syafawi, yaitu:
Menurut bahasa, berarti menyembunyikan.
Menurut istilah tajwid, disertai dengan dengung.
Dinamalan syafawi karena mim dan ba makhrajnya dari pertemuan dua bibir.
Ikhfa syafawi hanya mempunyai 1 huruf, yaitu huruf ba. 


Lam Ta'rif.
Yang dimaksudkan dengan Alif Lam Ta'rif adalah Alif Lam yang masuk pada kata benda, merupakan tambahan dari bentuk dasarnya, baik baik kata benda tersebut berdiri sendiri tanpa alif dan lam, seperti kata Lam Sukun: Lam Ta'rif1ataupun tidak bisa berdiri sendiri seperti kata [Lam Sukun: Lam Ta'rif2].
Penambahan alif dan lam pada Lam Sukun: Lam Ta'rif2 adalah wajib karena kedua huruf ini tidak bisa dipisahkan dari kata benda tersebut.
Bentuk seperti ini hukum bacaannya wajib idgham, jika terdapat setelahnya lam, seperti Lam Sukun: Lam Ta'rif3 dan wajib izhar jika terdapat setelahnya ya, seperti Lam Sukun: Lam Ta'rif4 atau hamzah seperti Lam Sukun: Lam Ta'rif5



Lam Qamariyah.
Lam Qamariyah mempunyai 14 huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat:
Lam Ta'rif: Lam Qamariyah.
Hukum lam qamariyah adalah izhar, sebab jarak antara makhrajnya dan makhraj huruf-huruf qamariyah tersebut, berjauhan.



Lam Syamsiyah.
Lam Syamsiyah mempunyai 14 huruf, yaitu yang terdapat pada awal kata dari kalimat: Lam Ta'rif: Lam Qamariyah.
Hukum lam Syamsiyah adalah idgham, sebab makhraj kedua lam-nya sama, sedangkan jarak antara makhraj lam syamsiyah dengan makhraj huruf-huruf syamsiyah lainnya, berdekatan



Mad
Mad, menurut bahasa, berarti tambahan.
Menurut istilah tajwid, memanjangkan suara sewaktu membaca huruf mad atau huruf layin jika bertemu dengan hamzah atau sukun.
Huruf mad ada 3, yaitu: alif, wau dan ya.
Syarat mad: Huruf sebelum wau berbaris dhammah, sebelum ya berbaris kasrah dan sebelum alif berbaris fathah.

Jika huruf yang sebelum ya atau wau sukun itu berbaris fathah, tidak disebut huruf mad, akan tetapi disebut huruf layin.

SHALAT BERJAMAAH



Pengertian Sholat Berjamaah & Manfaatnya | Pengertian Sholat Berjamaah | Manfaat dan Hikmah shalat berjamaah 
Shalat berjamaah merupakan syi'ar islam yang sangat agung, menyerupai shafnya malaikat ketika mereka beribadah, dan ibarat pasukan dalam suatu peperangan, ia merupakan sebab jerjalinnya saling mencintai sesama muslim, saling mengenal, saling mengasihi, saling menyayangi, menampakkan kekuatan, dan kesatuan.

Allah menysyari'atkan bagi umat islam berkumpul pada waktuwaktu tertentu, di antaranya ada yang setiap satu hari satu malam seperti shalat lima waktu, ada yang satu kali dalam seminggu, seperti shalat jum'at, ada yang satu tahun dua kali di setiap Negara seperti dua hari raya, dan ada yang satu kali dalam setahun bagi islam keseluruha seperti wukuf di arafah, ada pula yang dilakukan pada kondisi tertentu seperti shalat istisqa' dan shalat khusuf. Shalat berjamaah wajib atas setiap muslim yang mukallaf, laki-laki yang mampu, untuk shalat lima waktu, baik dalam perjalanan maupun mukim, dalam keadaan aman, maupun takut.

Manfaat dan Hikmah shalat berjamaah
Banyak umat Islam yang menganggap remeh urusan shalat berjamaah. Kenyataan ini dapat kita lihat di sekitar kita. Masih bagus mau shalat, pikir kebanyakan orang, sehingga tidak berjamaah pun dianggap sudah menjadi muslim yang baik, layak mendapat surga dan ridha Allah. Padahal, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dalam shahihain, sampai pernah hendak membakar rumah para sahabat yang enggan berjamaah. Kisah ini seharusnya dapat membuka mata kita betapa pentingnya berjamaah dalam melaksanakan rukun Islam kedua ini.

Jika mengamati hadits-hadits yang berkaitan dengan shalat berjamaah, barangkali kita dapat menyimpulkan sendiri bahwa hukum shalat berjamaah “nyaris” wajib. Bagaimana tidak, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan bahwa hanya ada tiga hal yang dapat menjadi alasan bagi kita untuk meninggalkan shalat berjamaah; hujan deras, sakit, dan ketiduran. Di luar itu, beliau akan sangat murka melihat umat Islam menyepelekan shalat berjamaah.

Perhatian besar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ini cukup beralasan. Karena di dalam shalat berjamaah terdapat banyak hikmah dan manfaat bagi umat Islam, baik untuk maslahat dien, dunia, dan akhirat mereka. Berikut ini beberapa hikmah dan manfaat yang bisa diunduh umat Islam dari shalat berjamaah
1. Allah telah mensyariatkan pertemuan bagi umat ini pada waktu-waktu tertentu. 
Ada yang dilaksanakan secara berulang kali dalam sehari semalam, yaitu shalat lima waktu dengan berjamaah di masjid. Ada juga pertemuan yang dilaksanakan sekali dalam sepekan, yaitu shalat Jum'at. Ada juga yang dilangsungkan setelah pelaksanaan ibadah yang agung, dan terulang dua kali setiap tahunnya. Yaitu Iedul Fitri sesudah pelaksanaan ibadah puasa Ramadlan dan Iedul Adha sesudah pelaksanaan ibadah Haji. Dan ada juga yang dilaksakan setahun sekali yang dihadiri umat Islam dari seluruh penjuru negeri, yaitu wukuf di Arafah. Semua ini untuk menjalin hubungan persaudaraan dan kasih sayang sesama umat Islam, juga dalam rangka membersihkan hati sekaligus dakwah ke jalan Allah, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.
2. Sebagai bentuk ibadah kepada Allah melalui pertemuan ini dalam rangka memperoleh pahala dari-Nya dan takut akan adzab-Nya.
3. Menanamkan rasa saling mencintai.
Melalui pelaksanaan shalat berjamaah, akan saling mengetahui keadaan sesamanya. Jika ada yang sakit dijenguk, ada yang meninggal di antarkan jenazahnya, dan jika ada yang kesusahan cepat dibantu. Karena seringnya bertemu, maka akan tumbuh dalam diri umat Islam rasa cinta dan kasih sayang.
4. Ta'aruf (saling mengenal). 
Jika orang-orang mengerjakan shalat secara berjamaah akan terwujud ta'aruf. Darinya akan diketahui beberapa kerabat sehingga akan tersambung kembali tali silaturahim yang hampr putus dan terkuatkan kembali yang sebelumnya telah renggang. Dari situ juga akan diketahui orang musafir dan ibnu sabil sehingga orang lain akan bisa memberikan haknya.
5. Memperlihatkan salah satu syi'ar Islam terbesar. 
Jika seluruh umat Islam shalat di rumah mereka masing-masing, maka tidak mungkin diketahui adanya ibadah shalat di sana.
6. Memperlihatkan kemuliaan kaum muslimin. 
Yaitu jika mereka masuk ke masjid-masjid dan keluar secara bersamaan, maka orang kafir dan munafik akan menjadi ciut nyalinya.
7. Memberi tahu orang yang bodoh terhadap syariat agamanya. 
Melalui shalat berjamaah, seorang muslim akan mengetahui beberapa persoalan dan hukum shalat yang sebelumnya tidak diketahuinya. Dia bisa mendengarkan bacaan yang bisa dia petik manfaat sekaligus dijadikan pelajaran. Dia juga bisa mendengarkan beberapa bacaan dzikir shalat sehinga lebih mudah menghafalnya. Dari sini, orang yang belum mengetahui tentang syariat shalat, khususnya, bisa mengetahuinya.
8. Memberikan motifasi bagi orang yang belum bisa rutin menjalankan shalat berjamaah, sekaligus mengarahkan dan membimbingnya seraya saling mengingatkan untuk membela kebenaran dan senantiasa bersabar dalam menjalankannya.
9. Membiasakan umat Islam untuk senantiasa bersatu dan tidak berpecah belah. Dalam berjamaah terdapat kekuasaan kecil, karena terdapat imam yang diikuti dan ditaati secara tepat. Hal ini akan membentuk pandangan berIslam secara benar dan tepat tentang pentingnya kepemimpinan (imamah atau khilafah) dalam Islam.
10. Membiasakan seseorang untuk bisa menahan diri dari menuruti kemauan egonya. Ketika dia mengikuti imam secara tepat, tidak bertakbir sebelum imam bertakbir, tidak mendahului gerakan imam dan tidak pula terlambat jauh darinya serta tidak melakukan gerakan bebarengan dengannya, maka dia akan terbiasa mengendalikan dirinya.
11. Membangkitkan perasaan orang muslim dalam barisan jihad, sebagaimana yang Allah firmankan,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ


"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (QS. Ash Shaff: 4)

Orang yang mengerjakan shalat lima waktu dengan berjamaah dan membiasakan untuk berbaris rapi, lurus dan rapat, akan menumbuhkan dalam dirinya kesetiaan terhadap komandan dalam barisan jihad sehingga dia tidak mendahului dan tidak menunda perintah-peritnahnya.
12. Menumbuhkan perasaan sama dan sederajat dan menghilang status sosial yang terkadang menjadi sekat pembatas di antara mereka.

Di sana, tidak ada pengistimewaan tempat bagi orang kaya, pemimpin, dan penguasa. Orang yang miskin bisa berdampingan dengan yang kaya, rakyat jelata bisa berbaur dengan penguasa, dan orang kecil bisa duduk berdampingan dengan orang besar. Karena itulah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk menyamakan shaff (barisan) shalat. Beliau bersabda, "janganlah kalian berselisih yang akan menyebabkan perselisihan hati-hati kalian." (HR. Muslim)
13. Dapat terlihat orang fakir miskin yang serba kekurangan, orang sakit, dan orang-orang yang suka meremehkan shalat.

Jika terlihat orang memakai pakaian lusuh dan tampak tanda kelaparan dan kesusahan, maka jamaah yang lain akan mengasihi dan membantunya. Jika ada yang tidak terlihat di masjid, akan segera diketahui keadaannya, apakah sakit atau meremehkan kewajiban shalat berjamaah. Orang yang sakit akan dijenguk dan diringankan rasa sakit dan kesusahannya, sedangkan orang yang meremehkan shalat akan cepat mendapat nasihat sehingga akan tercipta suasana saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.
14. Akan menggugah keinginan untuk mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para shabatnya. Melalui shalat berjamaah, umat Islam bisa membayangkan apa yang pernah dijalani oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersama para shabatnya. Sang imam seolah menempati tempat Rasulullah yang para jamaah seolah menempati posisi sahabat.
15. Berjamaah menjadi sarana turunnya rahmat dan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
16. Akan menumbuhkan semangat dalam diri seseorang untuk meningkatkan amal shalihnya dikarenakan ia melihat semangat ibadah dan amal shalih saudaranya yang hadir berjamaah bersamanya.
17. Akan mendapatkan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda, sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "shalat berjamaah itu lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian." (HR. Muslim)
18. Menjadi sarana untuk berdakwah, baik dengan lisan maupun perbuatan. Berkumpulnya kaum muslimin pada waktu-waktu tertentu akan mendidik mereka untuk senantiasa mengatur dan menjaga waktu.



Disini siswa siswi SMA N 4 TEGAL melaksanakan shalat berjamaah dari mulai shalat sunah duha yg dilaksanakan ketika ada mata pelajaran agama ataupun siswa siswi guru dan karyawan melaksanakan pas jam istirahat pertama selanjutnya seperti shalat duhur berjamaah juga dilaksanakan ketika pas pelajaran agama dan pas istirahat kedua ataupun pas jam pulang sekolah.
kemudian shalat ashar dilaksanakan sebelum kegiatan BYQ dimulai.

Rabu, 08 Mei 2013

TADARUS AL-QUR'AN


Dalam kegiatan harian rohis yaitu kegiatan Tadarus Qur'an Siswa-Siswi SMA N 4 TEGAL melaksanakannya setiap pagi hari pukul 07.00-07.15 (15 menit) sebelum jam belajar dimulai.
Siswa-Siswi bersama-sama membaca.Bagi yg siswi sedang halangan,diharapkan untuk mendengarkan.Dan bagi siswa yg tidak membaca dengan teman-teman yg lain apabila ketahuan akan dikenakan sanksi.Kecuali bagi yg beragama Nonis mereka juga tadarus sendiri dengan kelompok agamanya diruang perpus. 

ANGGOTA KELAS XI

Nama Kelas
Rizal susanto XI.[PS.1
Yongki urcha.p XI.IPA.3
Satria putra A XI.IPS.2
Abu reiza XI.IPS.2
Wahyu M XI.IPA.1
Desta Dwi XI.IPA.1
Farkhan Rizki A XI.IPA.2
Regina S XI.IPS.1
Wahyu Lita R XI.IPS.1
Luthfia R.A XI.IPS.1
Husna S XI.IPS.1
Khudori` XI.IPS.4